Kandangnya Danar Si Sapi: Sepucuk Surat Untuk Bunda

Kandangnya Danar Si Sapi

Living with my friends, my cell phones, my tamagotchi, and my stupidity.

Bunda,
Malam memang begitu dingin,
Dan malam begitu sunyi,
Hingga ia membuatmu merasa sepi.
Dan membuatmu merindu
Akan canda anak-anakmu,
Yang dulu berlarian,
Bercanda hingga bertengkar,
Dan membuat gaduh,
Lalu membuatmu beranjak untuk memarahi mereka,
Dan menjewer kuping mereka.
Tapi memang begitulah anak-anak,
Mereka memang begitu nakal.
Tapi tidakkah kau sadari,
Bahwa justru kenakalan itulah yang selama ini kau rindukan?

Tapi jangan sedih bunda,
Karena anakmu berjanji akan datang esok pagi,
Dengan istrinya,
Yang cantik,
Penurut,
Sabar, dan baik budinya.
Juga anak-anak mereka, ia pun turut membawanya.
Anak-anak kecil yang lucu,
Yang memanggilmu nenek,
Dan berlarian untuk mencium tanganmu,
Mencium pipimu,
Dahimu,
Lalu mereka tertawa melihat keriputmu.
Dan kau pun ikut tertawa,
Lalu mencium mereka,
Memeluk mereka satu per satu,
Lalu mereka berlarian mengitarimu,
Menarik-narik bajumu,
Lalu berlarian di rumahmu.
Dan memang begitulah anak-anak,
Mereka begitu riang.

Kemudian anak lelakimu,
Jagoanmu,
Yang gagah,
Yang kini telah bahagia dengan hidup mandirinya,
Menghampirimu,
Lalu mencium tangan kananmu,
Dan kau elus belakang kepalanya,
Dengan penuh kasih sayang.
Persis seperti dulu,
Saat ia pulang dari sekolahnya,
Dan membawakanmu kertas ujiannya,
Yang bertuliskan 40 di kanan atasnya,
Yang membuatmu kecewa,
Tapi tetap kau menyayanginya,
Dan kau mengelus belakang kepalanya,
Dengan senyum,
Karena sebodoh apapun ia,
Ia tetap jagoanmu.

Lalu mereka mengajakmu pergi,
Untuk sekedar berjalan-jalan dengan mobil mereka,
Sebuah sedan hitam yang mewah,
Yang mereka beli dua bulan lalu,
Yang mereka beli,
Karena mereka memang telah mampu untuk itu.
Dan kau teringat kembali,
Bagaimana ia,
Anak lelakimu itu,
Jagoanmu,
Dulu berjanji untuk membahagiakanmu,
Membalas semua kasih sayangmu,
Meski ia sendiri pun tahu,
Bahwa tak mungkin ia melakukannya,
Karena terlampau besar kasih sayangmu untuknya,
Yang lebih jauh daripada sekedar sepanjang jalan,
Yang jauh lebih luas dari langit malam,
Dan jauh melebihi kasih sayang sang surya yang menyinari dunia.

Dan di malam ini,
Di malam yang sunyi dan sepi ini,
Kau duduk di sofa di ruang tengah,
Menitikkan air mata,
Karena kau begitu bahagia,
Dan merindu,
Sembari memegang sepucuk surat ini di tanganmu,
Surat yang sepuluh tahun lalu dikirimkan oleh anak lelakimu,
Jagoanmu,
Yang sangat merindukanmu,
Yang karena kuliahnya
Ia tak sempat menemuimu,
Sekedar untuk mencium tanganmu,
Mencium kedua pipimu,
Sembari mengucapkan terima kasih,
Mengatakan betapa ia bersyukur memilikimu,
Dan sungguh ia menyayangimu..



Bogor, 22 Desember 2008
Danar Setya Permana

0 surat penggemar:

Posting Komentar